Analisis
Faktor
Dalam studi perilaku
dan sosial, peneliti membutuhkan pengembangan pengukuran untuk bermacam-macam
variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, seperti tingkah laku,
pendapat, intelegensi, personality dan lain-lain. Faktor analisis adalah metode
yang dapat digunakan untuk pengukuran semacam itu. (Subash Sharma, 1996).
Tujuan
analisis faktor adalah menggunakan matriks korelasi hitungan untuk 1.) Mengidentifikasi
jumlah terkecil dari faktor umum (yaitu model faktor yang paling parsimoni)
yang mempunyai penjelasan terbaik atau menghubungkan korelasi diantara variabel
indikator. 2.) Mengidentifikasi, melalui faktor rotasi, solusi faktor yang
paling masuk akal. 3.) Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan
varian unik dari indikator. 4.) Intrepretasi dari faktor umum. 5.) Jika perlu,
dilakukan estimasi faktor skor. (Subash Sharma, 1996).
Uji Bartlett (Kebebasan Antar Variabel)
Uji Bartlett bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam kasus multivariat. Jika variabel X1, X2,…,Xp independent (bersifat saling bebas), maka matriks korelasi antar variabel sama dengan matriks identitas. Sehingga untuk menguji kebebasan antar variabel ini, uji Bartlett menyatakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : ρ = I
H1 : ρ ≠ I
Kaiser Meyer
Oikin (KMO)
Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil
telah cukup untuk difaktorkan. Hipotesis dari KMO adalah sebagai berikut :
Hipotesis
Ho : Jumlah data cukup untuk
difaktorkan
H1 : Jumlah data tidak cukup untuk difaktorkan
Maka variabel-variabel saling
berkorelasi hal ini berarti terdapat hubungan antar variabel. Jika H0 ditolak
maka analisis multivariat layak untuk digunakan terutama metode analisis
komponen utama dan analisis faktor.
Pengertian dan Tujuan
Analisa faktor adalah suatu metode
untuk menganalisis sejumlah observasi, dipandang dari sisi interkorelasinya
untuk mendapatkan apakah variasi-variasi yang nampak dalam observasi itu
mungkin berdasarkan atas sejumlah kategori dasar yang jumlahnya lebih sedikit
dari yang nampak (Fruchter, 1954). Sementara itu Kerlinger (1990) mengungkapkan
bahwa faktor adalah gagasan atau konsep suatu hipotesis yang
sungguh-sungguh ada yang mendasari suatu tes, skala, aitem dan
pengukuran-pengukuran dalam banyak hal. Jadi analisis faktor bermanfaat untuk
mengurangi pengukuran-pengukuran dan tes-tes yang beragam supaya menjadi
sederhana.
Menurut Kerlinger (1990), maksud dan kegunaan
dasar analisa faktor ada dua yaitu;a)mengeksplorasi wilayah-wilayah variabel
guna mengetahui dan menunjukkan faktor-faktor yang diduga melandasi
variabel-variabel itu, b)menguji hipotesis tentang relasi-relasi antar
variabel.
Secara garis besar ada dua tipe analisa
faktor, yaitu:
1) Confirmatory Factor
Analysis
Model yang diasumsikan untuk menggambarkan,
menjelaskan atau menghitung data empirik. Konstruksi dari model ini
berdasar pada informasi yang apriori mengenai sifat dari struktur data atau isi
dari teori (Joreskog & Sorbon, 1989 dalam Crowley & Fan, 1997).
2) Exploratory Factor
Analysis
Model yang diaplikasikan untuk
mengeksplorasi data yang ada mengenai jumlah karakteristiknya, sifat-sifat yang
menarik dan hubungan-hubungan yang mungkin ada.Exploratory Factor Analysis ini
berguna untuk tujuan menggenerasikan struktur, model-model teoritis dan
mengetes hipotesis (Gorsuch, 1983 dalam Crowley & Fan, 1997). Pada
penelitian ini yang digunakan adalah analisis faktor eksploratori (exploratory
factor analysis). Menurut Panter,dkk (1997) aplikasi dari exploratory
factor analysis adalah mengidentifikasi makna, konstrak atau dimensi
yang dievaluasi oleh kovarians yang diobservasi yang meliputi sifat yang
diobservasi, respon, tanda dan symton. Model ini secara umum dijelaskan sebagai
perilaku yang diobservasi yang dapat digambarkan dalam bentuk konstrak tertentu
dengan asumsi hanya pada kasus yang jarang yang dapat menjadi korespondensi
secara eksak antara indeks perilaku spesifik yang diobservasi tertentu yang
bervariasi atau operasionalisasi dan konstruks tertentu yang berhubungan.
Model-model dari analisa faktor mempunyai
peranan penting didalam memformulasikan model konsep didalam kepribadian dan
untuk menguji secara empiris berbagai instrumen yang mengukur kepribadian
(Panter,dkk, 1997). Hal ini didukung oleh pendapat Ozer dan Reise, 1994 (dalam
Panter,dkk, 1997) bahwa pendekatan analisa faktor didalam asesmen kepribadian
mempunyai peran utama didalam mengkontruksi skala dan mengetes teori dalam hal
struktur kepribadian dan perkembangannya. Banyak inventori-inventori
kepribadian yang telah dikonstruksi dengan menggunakan metode analisa faktor
(Aiken, 1997).
b. Komponen-komponen dalam Analisa Faktor
Ada berbagai pengertian atau komponen yang
penting dalam analisa faktor, antara lain,unity atau total
variance, common variance, specific variance dan error variance (Fruchter,
1954 & Mulaik, 1972). Berikut definisi secara ringkas mengenai hal
tersebut.
1).Unity atau total variance merupakan
suatu ubahan yang terdiri dari tiga variance yaitu;common, specific dan error.
Proporsi besarnya unity atau variance total ini adalah 1,00. Gabungan antara common
variance dan specific variance akan merupakan suatu
nilai yang biasanya diindikasikan sebagai koefisien keandalan (reliabilitas)
2).Common variance atau komunalitas merupakan
bagian dari reliable variance yang berhubungan dengan variabel
lain. Komunalitas merupakan jumlah kuadrat dari common variance dan
dilambangkan dengan simbol h² (Fruchter, 1954). Menurut Suryabrata (1982)
komunalitas menunjukkan proporsi varians variabel tertentu yang diterangkan
oleh faktor-faktor. Semakin tinggi h², berarti variabel-variabel tersebut makin
mempunyai kesamaan faktor.
3). Specific variance merupakan
bagian dari reliable variance yang tidak berhubungan dengan variabel
lain.
4). Error variance merupakan hasil dari
kesalahan-kesalahan sampling, pengukuran, kondisi tes yang tidak standar,
pengaruh fisiologi atau pengaruh lain dalam diri individu yang membuat tidak
reliabel. Variance ini tidak berkorelasi dengan reliable variance.
c. Langkah-langkah dalam Analisa Faktor
Berbagai langkah yang dilakukan dalam analisa faktor (Fruchter, 1954;
Suryabrata, 1982; Santoso, 2003) yaitu:
1). Membuat matriks korelasi antar
masing-masing subfaktor . Masing-masing subfaktor tersebut dalam penelitian ini
adalah penjumlahan dari 6 aitem sehingga keseluruhan didapatkan 30 subfaktor.
Selanjutnya dilakukan pengujian Measure of Sampling Adequacy(KMO) dengan Kaiser
Meyer Olkin (KMO)
2). Menentukan faktor atau ekstraksi
faktor dengan menggunakan Principle Component Analysis (PC) karena
dapat mengambil atau menyedot varians sebanyak-banyaknya (Fruchter,
1954).
3). Untuk menghentikan ekstraksi faktor
menggunakan tolak ukur eigen value diatas 1.
4). Melakukan rotasi dari faktor yang telah
terbentuk. Tujuan rotasi untuk memudahkan dalam interpretasi. Metode rotasi
yang digunakan adalah rotasi orthogonal dengan metodevarimax. Pemilihan metode
rotasi orthogonal karena strukturnya sederhana dan metodevarimax untuk
memudahkan interpretasi bagi peneliti mengenai faktor-faktor yang diperoleh.
Analisis faktor adalah analisis yang
bertujuan mencari faktor-faktor utama yang paling mempengaruhi variabel
dependen dari serangkaian uji yang dilakukan atas serangkaian variabel
independen sebagai faktornya. Misalnya, kita hendak menentukan sejumlah agen
sosialisasi politik yang paling besar pengaruhnya atas pembentukan budaya
politik siswa.
Khusus untuk Analisis Faktor, sejumlah asumsi berikut harus dipenuhi: (Santoso, 2006: 13)
Khusus untuk Analisis Faktor, sejumlah asumsi berikut harus dipenuhi: (Santoso, 2006: 13)
Korelasi antarvariabel Independen. Besar
korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misalnya di
atas 0,5.
Korelasi Parsial. Besar korelasi parsial,
korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain, justru
harus kecil. Pada SPSS deteksi terhadap korelasi parsial diberikan lewat
pilihan Anti-Image Correlation.
Pengujian seluruh matriks korelasi (korelasi
antar variabel), yang diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau
Measure Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi
yang signifikan di antara paling sedikit beberapa variabel.
Pada beberapa kasus, asumsi Normalitas dari
variabel-variabel atau faktor yang terjadi sebaiknya dipenuhi.
Uji Asumsi Analisis Faktor
Pada bagian Metode Penelitian telah
disebutkan bahwa analisis faktor membutuhkan terpenuhinya serangkaian asumsi.
Peneliti akan menguji asumsi analisis faktor satu per satu terlebih dahulu
sebelum uji analisis faktor dilakukan.
No comments:
Post a Comment