¤ Dr. Joseph M. Juran (The Quality Trilogy)
Dr. Joseph M. Juran seorang ilmuwan yang banyak mengabdikan
dedikasinya pada bidang manajemen kualitas dan mempunyai kontribusi penting dalam
perkembangan dan kemajuan quality management khususnya
di bidang industri manufaktur. sarjana
bidang electrical engineering yang mengawali karirnya di perusahaan Western Electric ini mempublikasikan
Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy), dengan mengidentifikasi aspek ketiga
dalam manajemen kualitas yakni perencanaan kualitas (quality planning).
Hal ini tergolong terobosan baru saat itu, dimana manajemen
kualitas pada dunia industri masih hanya mengenal dua aspek kualitas yang
dikenal; pengendalian kualitas (quality control) dan perbaikan kualitas
(quality improvement). Penerapan konsep Trilogi Kualitas menjadikan
cakupan manajemen kualitas menjadi lebih luas dan kompleks. Membutuhkan
keahlian dan dukungan sumber daya dalam pelaksanaannya. Adapun rincian trilogy
itu sebagai berikut :
1. Perencanaan Kualitas (quality planning)
Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan
dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang
tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan
perusahaan guna memuaskan pelanggan.
§
memenuhi kebutuhan pelanggan/konsumen
§
tentukan market segment (segmen pasar) produk
§
mengembangkan karakteristik produk sesuai dengan Permintaan
konsumen
§
mengembangkan proses yang mendukung tercapainya karakteristik
produk
2. Pengendalian Kualitas (quality control)
Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar
diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang
diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan,
misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
§
mengevaluasi performa produk
§
membandingkan antara performa aktual dan target
§
melakukan tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan
3. Perbaikanan Kualitas (quality improvement)
Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah
mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi
alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu,
melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya
menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa
yang telah dicapai sebelumnya.
§
mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement)
§
membangun infrastruktur yang memadai
§
membentuk tim
§
melakukan pelatihan-pelatihan yang relevan
§
diagnosa sebab-akibat
§
cara penanggulangan masalah
§
cara mencapai target sasaran
¤ Dr. W. Edward
Deming (14 Point Plan for Total Quality Management)
Dr. W. Edward Deming (1900-1993) merupakan tokoh
kualitas yang telah turut memberikan warna tersendiri pada perkembangan
manajemen kualitas. Kalau Joseph M. Juran mendefinisikan kualitas sebagai
“ketepatan dan kesesuaian dalam pemakaian”, Philip Crosby sebagai “kepuasan
pelanggan”, Deming mendefinisikannya sebagai “kesesuaian dengan permintaan
pelanggan”.
Deming menganjurkan bahwa semua manajer harus memiliki
apa yang disebut Sistem Pengetahuan yang sangat besar, yang terdiri dari empat
bagian:
1.
Apresiasi suatu sistem: memahami keseluruhan
proses yang melibatkan pemasok, produsen, dan pelanggan (atau penerima) barang
dan jasa (dijelaskan di bawah)
2.
Pengetahuan variasi: kisaran dan menyebabkan
variasi dalam kualitas, dan penggunaan sampling statistik dalam pengukuran
3.
Teori
pengetahuan: konsep menjelaskan pengetahuan dan batas-batas dari apa yang dapat
diketahui (lihat juga: epistemologi )
4. Pengetahuan
psikologi: konsep alam manusia.
Sistem dari Pengetahuan yang sangat besar
merupakan dasar untuk aplikasi yang terkenal Deming 14 Poin untuk Manajemen,
dijelaskan di bawah ini. Deming menawarkan empat belas prinsip kunci untuk
manajemen untuk mengubah efektivitas bisnis. 14 poin Deming yang terkenal :
1.
Membuat misi
perusahaan dan komitmen terhadapnya.
2.
Pelajari dan terapkan
pilosofi baru.
3.
Pahami tujuan
pemeriksaan. Hilangkan mass inspection dengan
menggunakan statistik.
4.
Akhiri praktek bisnis
yang dikendalikan oleh biaya.
5.
Perbaiki sistem
produksi dan layanan servis secara konstan.
6.
Pelatihan karyawan
dengan metode yang moderen.
7.
Mengajar dan
menanamkan kepemimpinan. Tanggungjawab para manajer dan supervisor harus
diubah: dari pencapaian target berupa angka-angka belaka (kuantitas) ke
kualitas.
8.
Mengusir ketakutan dan
menciptakan kepercayaan.
9.
Mengoptimalkan tim dan
usaha setiap individu. Menghilangkan barrier (penghalang)
antar bagian dan staf di semua area. Bangun komunikasi yang baik dan efektif.
10.
Menghilangkan desakan
sebagai kekuatan bekerja. Hapuskan penggunaan slogan, semboyan, poster dan
desakan sebagai kekuatan bekerja, menuntut hasil sempurna (tanpa defect), dan
peningkatan level produktivitas tanpa menyediakan metode.
11.
Hilangkan kuota
angka-angka dan tujuan dalam manajemen. Gantikan dengan peningkatan mutu dan
produktivitas berkesinambungan.
12.
Hapuskan barrier antara perkerja dan buat mereka untuk
berbangga atas hasil pekerjaanya.
13.
Mendorong pendidikan
dan pelatihan karyawan untuk mereka dapat mengetahui dan mengiukuti tren
kemanjuan dan perkembangan.
14.
Komitmen manajemen
puncak (top management) dalam memenuhi hal-hal tersebut.
¤ Philips B.
Crosby (Zero Defects)
Menurut
Philips B. Crosby definisi kualitas adalah "Zero Defects",
yaitu kesesuaian seratus persen dengan spesifikasi produk. Crosby juga menyatakan
bahwa manajemen perusahaan harus mengambil biaya kualitas sebagai bagian dari
sistem keuangan. Empat prinsip “Zero Defects” antara lain :
1.
Kualitas
adalah kesesuaian dengan persyaratan. Setiap produk atau layanan seharusnya
merupakan deskripsi dari apa yang pelanggan butuhkan.
2.
Pencegahan
cacat produk lebih disarankan untuk pemeriksaan kualitas dan koreksi. Prinsip
kedua ini didasarkan pada pengamatan bahwa mencegah kecacatan lebih tidak
merepotkan, lebih pasti dan lebih murah daripada menemukan dan memperbaikinya.
3.
Zero
Defect merupakan standar kualitas. Prinsip ketiga didasarkan pada sifat
normatif persyaratan: jika persyaratan mengungkapkan apa yang benar-benar
diperlukan, maka setiap unit yang tidak memenuhi persyaratan tidak akan
memuaskan kebutuhan dan tidak baik. Jika unit yang tidak memenuhi persyaratan
ternyata mampu memuaskan kebutuhan, maka persyaratan harus diubah untuk
mencerminkan realitas.
4.
Kualitas
diukur dalam istilah moneter, harga dari ketidaksesuaian (PONC). Prinsip
keempat adalah kunci untuk metodologi. Phil Crosby percaya bahwa setiap cacat
merupakan biaya, yang sering tersembunyi. Biaya ini mencakup waktu pemeriksaan,
pengerjaan ulang, bahan terbuang dan tenaga kerja, pendapatan yang hilang dan
biaya ketidakpuasan pelanggan.
No comments:
Post a Comment